Pulau Harapan |
Lagi bosan sama kerjaan atau kuliah, dan butuh short escape? Main-main ke Kepulauan Seribu merupakan solusi yang tepat. Beberapa waktu lalu, teman saya mengajak pergi ke salah satu pulau di Kepulauan Seribu, yaitu Pulau Harapan. Baru sekali saya mendengar nama Pulau Harapan, kalau seperti Pulau Tidung, Pulau Pramuka, Pulau Sepa, saya cukup sering mendengarnya. Awalnya saya tidak terlalu tertarik, namun karena lagi pengen kabur dari keseharian, jadilah saya ikut.
Perjalanan ini baru direncanakan sekitar 3 hari sebelum hari-H keberangkatan. Betul! Tidak perlu perencanaan yang terlalu matang, persiapan uang yang banyak untuk trip ke Pulau Harapan ini. Siapin niat saja yang penting. Jadi ceritanya teman saya menjadi PIC (Person In Charge) yang mengatur semua trip ini dengan menghubungi langsung salah satu penduduk Pulau Harapan yang memang penyedia jasa trip ke Pulau Harapan. Semua hal diatur oleh orang ini, mulai dari kapan untuk keberangkatan, penginapan, makan, sampai island hopping.
Dan tibalah malam sebelum keberangkatan di mana tiba-tiba si PIC mengirimkan message di group bahwa *jengjeng* nampaknya perjalanan harus batal karena kamar yang seharusnya untuk kami menginap tidak tersedia karena ada kelompok yang memperpanjang masa menginapnya dan katanya tidak mungkin untuk pulang hari. Ah, ya sudahlah pikir saya, beres-beres juga belum. Jadilah kami membahas tanggal keberangkatan alternatif, namun saya ingat bahwa ketika saya membaca beberapa blog tentang perjalanan ke Pulau Harapan, disebut-sebutlah nama Pak Rambo yang juga salah satu penyedia jasa trip ke Pulau Harapan. Saya mencoba mencarikan nomor teleponnya (0859 2127 7879) dan teman sayapun coba menghubungi. Puji Tuhan, kamar tersedia, dan kami jadi berangkat besok paginya. See? Kalau tiba-tiba malam hari terpikir besok malas masuk kantor dan kepingin liburan, langsung saja cus telepon salah satu penyedia jasa dan berangkat ke pelabuhan besok pagi.
Perjalanan ke Pulau Harapan ini bisa dengan menaikki kapal kayu dari Muara Angke, atau speedboat dari Marina Ancol. Dengan kapal kayu, cukup mengeluarkan biaya IDR 80,000 saja untuk perjalanan PP, sedangkan untuk speedboat IDR 550,000 PP. 4 dari kami yang adventurous (baca: pelit) memilih naik kapal kayu, dan teman saya yang pasangannya takut mabok laut memilih naik speedboat. Di manakah letak pelabuhannya jika ingin naik kapal kayu? Silahkan simak peta di bawah ini. Letaknya sebelum SPBU, ada lorong, nah masuklah ke sana.
Disarankan tiba di lokasi pelabuhan jam 6 sampai jam 7 pagi, kenapa? Karena selain jalan menuju ke pelabuhannya macet, di kapal kayu tersebut menganut sistem siapa cepat siapa dapat tempat pewe. Konon orang-orang bilang sekitar pelabuhan ini baunya wakwaw amis dan sebagainya, sampai-sampai saya pikir tidak usah mandi dulu kalau ke sana (akhirnya mandi kok). Saya tiba sekitar jam 7 kurang sedikit di lokasi, dan teman saya yang menjadi PIC langsung menghubungi salah satu awak kapal yang diberikan nomor teleponnya oleh Pak Rambo. Btw, menurut saya bau di sekitar masih tertahankan kok, tidak seburuk yang saya bayangkan.
Pelabuhan Muara Angke |
Biasa kalau jalan-jalan naik pesawat, saya cukup takjub melihat pemandangan di pelabuhan. Kapal-kapal berjejer, dan untuk menuju kapal yang akan mengangkut kami, kami harus melewati beberapa kapal yang merapat ke pelabuhan, karena kapal kami terletak di ujung.
Masuklah saya ke kapal yang bagian dalamnya sudah cukup banyak orang, dan kamipun duduk di ujung dekat toilet. Tentunya begitu duduk, saya langsung menelan Antimo! Pengalaman saya sih waktu menerjang ombak ke Phi-Phi Island dulu, Antimo cukup efektif buat saya, walau kiri, kanan, depan saya sudah pada jackpot, saya masih sejahtera sentosa. Salah satu trik saya untuk tidak mabok laut juga adalah, makan paling tidak satu jam sebelum berangkat, karena saya bersugesti bahwa kalau makan dalam perjalanan akan lebih gampang mual. Perjalanan memakan waktu cukup lama, sekitar 3 jam, belum ditambah waktu keberangkatan yang cukup molor. Jadilah dua teman saya mual-mual kelamaan diayun ombak yang cukup santai, padahal yang satu sudah minum antimo, yang satu memang tidak. Saya? Selamat sentosa seperti biasa.
Akhirnya setelah merubah posisi berkali-kali, pegal di bagian bawah dan belakang karena tidak bisa bergerak terlalu banyak akibat padatnya kapal, kami tiba juga di Pulau Harapan. Pulau ini seperti perkampungan biasa, isinya hanya rumah-rumah dan tidak ada pemandangan untuk mencuci mata. Memang biasanya Pulau Harapan ini menjadi tempat persinggahan, di mana untuk makan dan tidur dilakukan di Pulau ini, sedang untuk acara snorkeling, main di pantai, dilakukan di pulau lain dengan naik kapal dari Pulau Harapan.
Warung di Pulau Harapan |
Setelah meletakkan barang di kamar yang hanya diisi oleh kasur saja, dengan AC yang dibagi untuk 2 kamar, dan kamar mandi dengan air yang asin, kami pergi untuk mencari makan siang. Sebenarnya bisa pesan dulu melalui Pak Rambo juga, namun kami pikir mudah untuk cari makan di sana namun ternyata pilihannya terbatas. Sebelum island hopping, akhirnya saya makan semangkuk mie instan ditambah telor seharga IDR 10,000. Untuk makan malam, makan pagi dan siang keesokan harinya akhirnya kami memesan seharga IDR 65,000 per orang untuk tiga kali makan. Setelah makan, kami siap untuk island hopping dengan kapal dan kru yang sudah diatur oleh Pak Rambo. Saya lupa berapa harganya, tapi yang pasti untuk trip 1 malam ini, all in (termasuk kapal, sewa alat snorkeling, makan, penginapan) saya menghabiskan kurang dari IDR 400,000.
Seperti gambar di ataslah kapal yang kami naikki untuk island hopping. Perjalanan ke spot pertama memakan waktu sekitar setengah jam-an. Spot pertama merupakan spot untuk snorkeling yang disebut Pulau Gusung.
Karena cukup dalam, saya memilih untuk pakai life vest, apalagi saya sudah lama tidak berenang dan kaki kodok agak membuat saya sulit bergerak. Di tempat ini memang sebaiknya menggunakan kaki kodok karena karangnya cukup tajam.
Perairannya cukup dalam, kalau injak karang sih bisa berdiri masih, tapi kalau tidak kelelep juga saya. Jangan lupa bawa roti kalau snorkeling, supaya banyak ikan yang datang mendekati (tidak ada orang yang mendekati, ikanpun jadi).
Anak-anak duyung |
Kru kapal yang masih anak-anak remaja cukup fasih untuk moto menggunakan handphone, jadi kalau mau difotoin pas lagi snorkeling, minta tolong saja sama mereka. Habis dari spot snorkeling ini, saya dan beberapa teman mengalami seperti merah-merah di lutut, mungkin terkena lendir karang. Namun lama-lama sembuh sendiri sih .Setelah puas minum main air laut, kami naik lagi ke kapal dan menuju spot berikutnya yaitu Pulau Macan.
Pulau Macan |
Pulaunya sepi tak berpenghuni, dan memang tidak terlalu besar.
Click picture for larger view |
Pasir di Pulau Macan cukup putih dan bersih, cukup menyenangkan untuk gegulingan. Kami main-main dan foto-foto sebentar lalu menuju ke spot berikutnya yaitu Pulau Gosong Balik Layar.
Pulau Gosong Balik Layar |
Sebenarnya Pulau ini dari jauh hanya terlihat seperti 1 garis hamparan pasir saja dan memang akan hilang kalau sudah pasang. Pulau Gosong ini merupakan spot yang sangat cantik walaupun hanya berupa hamparan pasir putih. View di sekitarnya bagus, dan ketika saya mempost foto di sepenggal Pulau ini, banyak yang tertarik dan bertanya-tanya di manakah saya berada.
Maaf, ada |
Iyah, saya pakai lengan panjang main ke pantai karena takut hitam soalnya banyak kondangan bulan depan. Lumayan efektif sih, karena banyak yang bilang seperti ini, "kok gak iteman dari pulau?" *nyengir*.
Pretty blue sea! |
Next stop, Pulau Perak. Pulau ini cukup ramai, ada juga warung di sana. Menurut saya tidak ada yang istimewa sih di Pulau ini selain adanya kehidupan, namun saya melihat banyak orang yang mendirikan tenda di sana. Nampaknya Pulau ini memang banyak disinggahi orang-orang yang hendak menginap dengan berkemah.
Don't mind me, I just don't have another picture of this island |
Warung di Pulau Perak |
Jangan expect makanan model nasi atau lauk di Pulau ini, karena warungnya hanya menjual makanan seperti mie cup dan minuman macam kopi dan teh. Satu lagi jajanan yang saya temukan di Pulau Perak maupun Pulau Harapan, sampai-sampai saya berpikir ini makanan khas Kepulauan Seribu: bakwan/bala-bala kelebihan tepung.
Bakwan ala Kepulauan Seribu |
Saking gak ada jajanan lain, saya sih senang-senang aja ngunyah gorengan semacam ini. Gorengan dan sambal make me survive.
Next stop merupakan spot snorkeling lagi. Forgive me for I forgot the name of this spot. Di spot ini perairannya lebih dangkal dan tidak perlu menggunakan kaki kodok maupun life vest.
Baywatch edisi 2098 |
Walaupun sudah lama tidak berenang, namun saya bisa mengapung dengan mudah di sini. Nampaknya karena keasinan air lautnya yang cukup tinggi.
Last stop is Pulau Bulat. Pulau ini merupakan tempat peristirahatan salah satu anak dari Alm. Presiden Soeharto yang namun kini dibuka untuk publik. Menurut saya tidak ada yang istimewa sih di pulau ini. Villa yang adapun sepertinya sudah lama tidak disinggahi, karena seperti sudah kurang terawat.
Pulau Bulat ini cukup ramai, dan ada juga warung yang menjual mie instan dan kopi. Akhirnya kami hanya menghabiskan waktu untuk duduk-duduk sambil teman saya menikmati mie instan. Awalnya kami ke sini untuk menunggu sunset, namun saat itu baru sekitar jam setengah 5 sore. Jadinya kami pikir balik saja ke Pulau Harapan.
2 anak manusia mencari secercah harapan sembari menatap matahari |
Akhirnya kami kembali ke Pulau Harapan, dan langsung menuju ke rumah tempat kami menginap, bebersih, makan malam, ngobrol-ngobrol dan tidur.
Sunset di Pulau Harapan |
Besoknya kami bangun dan hanya menunggu waktu keberangkatan kapal. Kalau malamnya makan malam kami berupa nasi, ikan, perkedel, dan sayur-sayuran, menu pagi itu adalah nasi uduk, telor balado, mie goreng, dan kerupuk. Kurang lebih seperti inilah penampakan makanan seharga IDR 65,000 untuk tiga kali makan, lumayanlah, karena tidak ada pilihan juga. Makanan ini diantarkan ke tempat kami menginap, dan untuk makan siang terakhir dibungkus dalam kotak dan baru saya makan setelah dua jam perjalanan di kapal.
Tidak banyak yang bisa dilihat di Pulau Harapan. Untuk kegiatan sih ada kegiatan main air seperti banana boat, namun saya tidak terlalu tertarik. Jadinya untuk menghabiskan waktu, kami hanya ngider-ngider di sekitar tempat menginap. Tidak ada pantai di Pulau Harapan ini, hanya pinggiran laut yang bisa dibilang agak kotor seperti gambar di bawah.
Tidak ada tempat duduk di dermaga yang kecil, jadi kalau tidak kuat berdiri lama, lebih baik bawa koran atau alas duduk sendiri.
Penampakan kapal yang penuh. |
Cukup lama kami menunggu kapal kami datang, dan setelah kapal datangpun kami harus menunggu sekitar dua jam hingga kapal penuh baru berangkat.
Awalnya ketika kapal baru datang, bagian dalam kapal hanya terisi sebanyak gambar di atas. Ah, lega pikir kami. Namun satu dua jam berlalu dan...
Tada! Orangpun sudah tergeletak bak tangkapan ikan di atas kapal. Yah, what could you expect for IDR 80,000 PP, haha. Separuh perjalanan pulang saya habiskan dengan tidur, mau ngapain lagi juga. Dan tibalah kami di pelabuhan setelah kurang dari 3 jam perjalanan, dan dengan angkot B01 menuju mall terdekat untuk ngadem dan ngemil (dasar anak kota!).
Kira-kira seperti itulah kisah perjalanan singkat saya ke Pulau Harapan dan pulau-pulau di sekitarnya. Overall, it was fun and cheap!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar