Kamis, 22 Oktober 2015

JAPAN TRIP: DAY 5 Sensoji, Meiji Shrine, Yoyogi Park, Harajuku


 Almost 6 months after the trip and finally I'm writing about the fifth day (better than nothing at all still). Jadi di hari  ke-5 ini yang kebetulan jatuh di hari Minggu, kami bangun agak siang dan mengarah ke daerah Asakusa.


Perjalanan ditempuh menggunakan train dengan biaya sebesar JPY 370 dari Shin-Okubo menuju ke Asakusa. Begitu keluar station, kami disambut oleh keramaian serta banyak lelaki muda bercelana pendek dan berkaki kekar seperti gambar di bawah.


Mereka ini merupakan penarik rickshaw yang konon hanya ada di daerah Asakusa di Tokyo. Karena biaya tour naik rickshaw ini cukup mahal, jadinya saya hanya cukup melihat rickshaw yang lalu lalang saja sambil mengamati penariknya yang lumayan ganteng-ganteng. Kalau saya baca-baca, tour sekitar 10 menit dihargai sekitar JPY 2000-3000 (tergantung 1 atau 2 orang), JPY 5000-8000 untuk setengah jam, dan JPY 9000-15,000 untuk 1 jam.


Tujuan utama saya ke Asakusa adalah untuk mengunjungi Sensō-ji, sebuah kuil Buddha tertua di Tokyo, yang juga menjadi salah satu tempat kunjungan wajib bagi para turis. Di bagian luar Sensō-ji, ada banyak sekali stall-stall yang menjual jajanan ala Jepang mulai dari okonomiyaki, takoyaki, dan banyak lagi yang sudah jelas menggoda iman.






Mungkin karena saya datang pada hari Minggu dan agak siang, Sensō-ji telah dipadati oleh banyak pengunjung, baik oleh turis macam saya yang sekedar ingin foto-foto ataupun yang juga datang untuk berdoa.






Akhirnya saya kalah dengan godaan iman dan pada akhirnya kunjungan ke Sensō-ji ini berakhir dengan jajan-jajan dan duduk-duduk ngemil. Harga makanan yang ditawarkan di stall-stall tersebut rata-rata sekitar JPY 500.



Di depan Sensō-ji terdapat jalanan yang disebut Nakamise-dōri, di mana di sepanjang jalan ini dipenuhi oleh berbagai toko di kiri kanannya yang menawarkan berbagai jenis oleh-oleh khas Jepang mulai dari kaos, tas, kipas, sampai makanan ringan.


Sebelum berpindah lokasi, saya sempat jajan (lagi) taiyaki di dekat station, kali ini  edisi cold taiyaki.



Kenapa packaging Jepang begitu simple tapi menarik?


Dari Asakusa saya mengarah ke daerah Yoyogi dengan train dan mengeluarkan biaya JPY 350 sampai ke Yoyogi Station. Dari Yoyogi Station, saya berjalan kaki menuju Meiji Jingu atau Meiji Shrine salah satu kuil paling terkenal di Jepang. Meiji Shrine merupakan sebuah kuil Shinto yang didedikasikan Kaisar Meiji dan istrinya Permaisuri Shōken.


Meiji Shrine ini terletak di tengah hutan seluas 70 hektar, tak heran selama perjalanan dari Torii (gate berbentuk seperti di atas) sampai ke central sanctuary saya dikelilingi berbagai jenis pohon yang menjulang tinggi. Memang seperti sedang berjalan di tengah hutan rasanya.


Sepertinya bagi warga lokal sendiri, kuil ini digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti ketika saya datang, nampaknya baru saja ada kegiatan yang baru saja selesai oleh orang-orang berpakaian adat di bawah ini.




Selain itu kita juga dapat melihat banyak ema yaitu tablet kayu di mana penganut Shinto menuliskan doanya dan menggantungkannya di kuil. Namun saya melihat banyak juga turis yang menggantungkan doanya di sini.




Selain itu Meiji Shrine juga menjadi kuil tempat berlangsungnya upacara pernikahan. Pas sekali ketika saya ke sana, sedang berlangsung suatu upacara pernikahan.


Salah satu pemandangan unik yang juga bisa kita temui di Meiji Shrine adalah tumpukan tong berisi sake yang didonasikan oleh sake brewers dari berbagai daerah di Jepang. Konon sake sendiri secara tradisional menjadi simbol koneksi antara dewa dengan manusia menurut kepercayaan Shinto.



Dari Meiji Shrine, saya mengarah ke Yoyogi Park yang merupakan salah satu taman terbesar di Tokyo dengan berjalan kaki. Suasana Minggu sore di Yoyogi Park diwarnai oleh kegiatan penduduk Tokyo yang kebanyakan anak muda dengan kegiatan mulai dari piknik, olahraga, latihan berbagai kegiatan mulai dari akrobat sampai dance, juga jalan-jalan sore dengan anjing peliharaan. Saya juga menikmati duduk-duduk sore di bangku taman sambil mengamati kegiatan-kegiatan tersebut yang tidak pernah saya lakukan di Jakarta tercinta ini.




  
Setelah beristirahat sebentar di Yoyogi Park, saya berjalan kaki menuju daerah Harajuku yang merupakan daerah pusat Japanese youth culture & fashion. Dan di hari Minggu sore, seluruh daerah seputaran Harajuku, Omotesando, sampai Takeshita Dori sangat padat manusia! Yah, kecuali mungkin di sekitaran gang-gang menuju jalan utama saya bisa bernafas lega sedikit.




What to do around here? Shopping! Kalau mau mencari brand fashion high end, Omotesando yang juga dikenal sebagai Tokyo's Champs-Elysees jawabannya. Namun salah satu toko yang saya sudah incar untuk mampir di daerah Omotesando ini bukanlah toko fashion melainkan Kiddy LandKiddy Land berisi berbagai mainan, stationery, dan juga merchandise tokoh kartun iconic khas Jepang seperti Hello Kitty, Rilakkuma, Totoro, Doraemon, dan banyak lagi lainnya.


Dari Omotesando saya berjalan kaki menuju Takeshita Dori.


Sepanjang Takeshita Dori ini kebanyakan diisi dengan butik-butik yang isinya lebih banyak pakaian untuk anak muda, cafe, juga restaurant fast food.


Nampaknya orang Jepang ini sangat suka crepes, hampir di setiap wilayah terdapat stall crepes yang ramai pengunjung. Karena penasaran sayapun turut meramaikan antrian salah satu stall crepes di Takeshita Dori yaitu Angel Crepes. Nah di tempat-tempat ini tidak hanya menjual crepes biasa seperti yang kita temukan di Jakarta, namun ada juga crepes-crepes yang saya bisa bilang luar biasa. Kenapa luar biasa? Karena isinya agak ajaib menurut saya, misalnya crepes berisi cheesecake (iyah satu slice cheesecake utuh), masih ditambah lagi dengan cokelat, buah, whipped cream atau custard, yang tidak bisa saya bayangkan jumlah kalori di dalamnya, namun jujur memang menggoda.


Sistem pesannya adalah dengan menyebutkan nomor menu yang diinginkan, bayar, lalu tunggu dipanggil.


Dan inilah crepes saya yang berisikan custard, pisang, dan saus cokelat seharga JPY 400. Masih cukup wajar lah yah.


Kalau mau beli oleh-oleh murah meriah, bisa juga mampir di Daiso yang bisa ditemukan di Takeshita Dori ini. Setelah lelah menghadapi keramaian, menjelang matahari terbenam saya memutuskan kembali ke daerah penginapan di Shin-Okubo, jajan di Don Quijote, lalu beristirahat. Day 5 done!









-------
JAPAN TRIP SERIES 2019
Furano-Biei Day Trip: Farm Tomita, Shikisai No Oka, Blue Pond
Sapporo: The Food Journal
Sapporo: The Vibrant City of Hokkaido (And Where to Stay)
Falling in Love with Yokohama's Charm
Starbucks Reserve® Roastery Tokyo
Reasons to Stay Around Asakusa (or not)
My Third Japan Trip - The Intro

JAPAN TRIP SERIES 2017
Konnichiwa! I'm back!
JAPAN AUTUMN TRIP 2017: Preparation and Cost
JAPAN AUTUMN TRIP 2017: Back to Dotonbori
JAPAN AUTUMN TRIP 2017: Fall Foliage at Minoo Park and Quick Visit to Kuromon Market
JAPAN AUTUMN TRIP 2017: Autumn in Kyoto
JAPAN AUTUMN TRIP 2017: A Day In Takayama
JAPAN AUTUMN TRIP 2017: November Snow at Shirakawa-Go

JAPAN TRIP SERIES 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar